SEJARAH PENYIARAN
PENGERTIAN
Penyiaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai broadcasting, adalah
keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan
materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran
sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu
tempat. Dari definisi umum ini tampak bahwa, arti penyiaran berbeda
dengan pemancaran. Pemancaran sendiri berarti proses transmisi siaran,
baik melalui media udara maupun media kabel koaksial atau saluran fisik
yang lain.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
teknologi penyiaran telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya
akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi melalui media penyiaran
baik media cetak maupun media elektronik. Saat ini informasi telah menjadi
kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan
masyarakat.
MAKSUD DAN TUJUAN
agar pembaca dapat memahami dan menambah wawasan bahkan memngetahui tentang sejarah penyiaran baik itu radio maupun televisi
ALAT DAN BAHAN
- laptop
- koneksi internet
- materi yang dipelajari
sesuai banyak materi yang dipelajari dan tingkat pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Dunia Penyiaran Dunia
Sejarah
penyiaran dunia terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai Penemuan Teknologi dan
sebagai Industri. Sejarah penyiaran
dunia sebagai Penemuan Teknologi berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli
teknik di Eropa dan Amerika. Sedangkan sejarah media penyiaran sebagai suatu
industri yang dimulai di Amerika.
Penyiaran
adalah keterampilan dasar manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk
menciptakan dan menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Dalam
teori media dan masyarakat, massa dikatakan bahwa media memiliki asumsi untuk
membentuk masyarakat, yakni :
Ø Media
massa memiliki efek yang berbahaya bagi masyarakat. Tahun 1920-an di Eropa
penyiaran dikendalikan oleh pemerintah. Hal ini berdampak buruk di Jerman
karena digunakan untuk propaganda Nazi.
Ø Media
massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir audiensnya. Rata-rata
orang yang terpengaruh oleh media dikarenakan mengalami keterputusan dengan
institusi sosial yang sebelumnya melindungi dari efek negatif media. “John
Dewey” berkata bahwa efek negatif media dapat disaring melalui pendidikan.
Sejak tahun 20.000 SM, manusia sudah menggunakan
media untuk berkomunikasi dalam bentuk pahatan di dinding gua atau asap api.
Tahun 1.500 M, “Johannes Gutenberg” memperkenalkan mesin cetak.
Sementara
“Penyiaran” yang merupakan padanan kata “broadcasting” adalah kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/ atau sarana transmisi di
darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spectrum frekuensi radio
(sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui
udara, kabel dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Dengan demikian,
menurut definisi di atas maka terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi
untuk dapat terjadinya penyiaran, jika salah satu syarat tidak ada maka tidak
layak disebut penyiaran. Kelima syarat itu jika di urut berdasarkan apa yang
pertama kali harus diadakan adalah sebagai berikut :
1)
Harus tersedia spectrum frekuensi radio (sinyal radio)
2)
Harus ada sara pemancaran/transmisi
3)
Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver)
4)
Harus adanya siaran (program atau acara)
5)
Harus dapat diterima secara serentak/bersamaan\
Penyiaran
radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi
dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan
berkesinambungan.
Penyiaran
Televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan
dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun
tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
G.
Sejarah
Penyiaran di Indonesia
Pada tahun 1911, Angkatan Laut
Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di
Sabang, pulau paling barat dari wilayah Indonesia. Fasilitas radio ini digunakan
sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintasi
Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat sibuk pada waktu itu.
Setelah perang dunia pertama usai,
tepatnya pada tahun 1925, pada masa pemerintahan Hindia Belanda Prof. Komans
dan Dr. De Groot berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun
radio di Malabar, Jawa Barat. Tak lama setelah kejadian tersebut berdirilah Batavia Radio Society atau Batavia
Radio Vereninging (BRV) bertempat di Jakarta. Lalu sekelompok broadcaster yang
mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik barat. Lahirnya BRV
inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda
(Indonesia).
Kemudian ditahun 1930 amatir radio
di Indonesia telah membentuk organisasi yang menamakan dirinya NIVERA (Nederland Indische Vereniging Radio
Amateur) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia.
Berdirinya organisasi ini disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Masa penjajahan Jepang tidak banyak
catatan kegiatan amatir radio yang dapat dihimpun. Kegiatan radio dilarang oleh
pemerintahan jajahan Jepang namun banyak di antaranya yang melakukan
kegiatannya dibawah tanah secara sembunyi-sembunyi dalam upaya mendukung
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Lalu pada
tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang. Pada saat itu
radio siaran yang ada dihentikan. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran
baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta,
Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogjakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang.
Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio
Republik Indonesia (RRI).
Tahun 1945 tercatat seorang amatir
radio bernama Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan
indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri.
Tindakan itu sangat dihargai oleh Pemerintah Indonesia. Radio milik Gunawan menjadi
benda yang tidak ternilai harganya bagi sejarah perjuangan kemerdekaan
Imdonesia dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Akhir tahun 1945 sudah ada
organisaasi yang menamakan dirinya PRAI (Persatoean Radio Amatir Indonesia).
Dan pada periode tahun 1945 banyak para amatir radio muda yang membuat sendiri
perangkat radio transceiver
yang dipakai untuk berkomunikasi antar Pulau Jawa dan Sumatera tempat
pemerintah semantar RI berada.
Antara tahun 1945 sampai dengan
tahun 1950 amatir radio juga banyak berperan sebagai radio laskar. Periode
tahun 1950 hingga 1952 amatir Indonesia membentuk PARI (Persatuan Amatir Radio Indonesia).
Namun pada tahun 1952, pemerintah yang mulai reprensif mengeluarkan ketentuan
bahwa pemancar radio amatir dilarang mengudara kecuali pemancar radio milik
pemerintah dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subverdif. Kegiatan
amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965.
Pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No. 5 tahun 1964 yang mengenakan sanksi
terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seijin pihak yang berwenang.
Namun ditahun 1966, seiring dengan runtuhnya Orde Lama, antusias amatir radio
untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi.
Tahun 1966 mengudara radio Ampera
yang merupakan sarana perjuangan persatuan-persatuan aksi dalam perjuangan Orde
Baru. Muncul pula berbagai stasiun radio laskar Ampera dan stasiun radio
lainnya yang melakukan kegiatan penyiaran. Stasiun-stasiun radio tersebut
menamakan dirinya sebagai radio amatir. Peda periode tahun 1966-1967,diberbagai
daerah terbentuklah organisasi-organisasi amatir radio. Pada tanggal 9 Juli
1968, berdirilah Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).
0 komentar:
Posting Komentar