TEKNIK KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (PART 2)
PENGERTIAN
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography,
yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" :
Melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto
dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek
tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk
menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
LATAR BELAKANG
Sejak
diperkenalkannya fotografi pada tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi
dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagi masyarakat dunia.
Seiring berjalannya waktu dan jaman kini fotografi perkembangannya demikian
pesat. Perkembangan teknologi yang canggih pengambilan gambar saat ini bisa
dilakukan setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan
gambar akan terlihat mudah.Mata kuliah fotografi merupakan suatu bidang kajian
ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi konsentrai
Hubungan Masyarakat. Kajian fotografi ini sebagai bagian dari kegiatan humas
untuk memberikan pengetahuan secara praktis dan teoritis bagaimana menggunakan
seuatu kamera, serta mendapatkan gambar atau potret yang memberikan makna
pemberian pesan yang lebih efektif dalam setiap informasi yang akan disampaikan
oleh seorang Humas.Dalam kajian fotografi ini akan membahas tentang sejarah
awal mulanya fotografi,pengertian fotografi, anatomi kamera, pencahayaan, serta
proses dan teknik pengambilan gambar.
MAKSUD DAN TUJUAN
agar kita dapat mengetauhi teknik kompisisi dalam fotografi
ALAT DAN BAHAN
- laptop
- koneksi internet
sesuai banyak materi yang dipahami
PEMBAHASAN
11. Simplicity (Sederhana) dan Minimalis
Dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya, kita melihat bagaimana
hasil dari komposisi yang menggunakan ruang negatif di sekitar subjek
utama, yang dapat menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. Kesederhanaan itu sendiri dapat menjadi alat komposisi yang kuat dan juga salah satu teknik komposisi yang dikenal sebagai "Simplicity".
Simplicity sering diartikan sebagai memotret dengan latar belakang
(background) yang tidak rumit atau yang tidak mengalihkan perhatian dari
subjek utama. Tapi cara lain menerapkan komposisi ini bisa juga
dengan melakukan zooming pada bagian dari subjek dan fokus pada detail
tertentu dari subjek.
Image Credit © Barry O Carroll |
Dalam foto pertama di atas, mata pemirsa akan terfokus pada tetesan air
di atas daun. Ini merupakan subjek sederhana namun juga sangat indah
justru karena kesederhanaannya. Dengan lensa makro Anda bisa dengan
mudah membuat jenis foto seperti ini. Membuat background blur juga
merupakan teknik komposisi untuk memisahkan subjek utama dengan
background yang bisa saja mengganggu pandangan pemirsa, sehingga
memudahkan mata pemirsa untuk fokus langsung pada subjek utama.Baca di sini tutorial membuat background blur dan lihat di sini contoh fotografi minimalis.
Image Credit © Barry O Carroll |
Dalam foto kedua di atas, penggunaan latar belakang yang sederhana
(lebih pas jika polos) dan rapi bertujuan untuk memusatkan perhatian
pemirsa pada pohon sebagai subjek utama (Poin of Interest).
Foto ini memanfaatkan "ruang negatif" untuk menciptakan komposisi
Simplicity dan minimalis. Foto di atas juga menggunakan teknik komposisi
Rule of Thirds dan Leading Lines.
12. Kombinasi Warna
Penggunaan warna merupakan salah satu komposisi yang sering diabaikan. Teori warna adalah sesuatu yang desainer grafis, desainer fashion dan desainer interior, semua sangat akrab dengan permainan warna. Kombinasi warna yang pas / serasi dapat secara visual terlihat sangat mencolok. Maka disitulah letak poinnya. Dan itu yang akan kita manfaatkan dalam fotografi.
Coba Anda perhatikan roda warna di atas. Roda warna tersebut akan
membantu Anda untuk membuat kombinasi warna yang serasi. Caranya Anda
hanya perlu menggabungkan dua warna yang saling berlawanan pada roda
warna di atas. Dan warna yang saling berlawanan itu lah yang dikatakan
sebagai "complimentary colors". Sebagai seorang fotografer,
kita bisa mencari adegan yang memiliki kombinasi warna complimentary
sebagai cara untuk menciptakan komposisi yang menarik dan mencolok.
Pernahkah Anda memperhatikan berapa banyak poster film memiliki skema
warna biru dan kuning atau orange? Hal ini dilakukan dengan sengaja
untuk membuat iklan yang menarik mata setiap orang yang melihatnya.
Image Credit © Barry O Carroll |
Foto di atas adalah contoh kombinasi warna yang cerdas yaitu biru tua
dan kuning sehingga gedung terlihat mencolok sendiri dan mudah dikenali
sebagai subjek utama. Strategi pemilihan warna kontras seperti ini akan
membuat subjek utama mudah menarik perhatian pemirsa (orang-orang yang
melihat foto Anda).
Image Credit © Barry O Carroll |
Merah dan biru juga bagian dari warna complimentary pada roda warna.
Contohnya gedung pada foto di atas yang menyala dengan warna merah. Oleh
karenanya membuat gedung sangat mencolok terhadap warna biru langit di
malam hari. Saya suka memotret area perkotaan ketika langit biru pada
awal menjelang malam. Birunya langit sebagai latar belakang menjadi
sangat menarik untuk arsitektur kota dan lampu dari gedung. Dan bila
langit berwarna hitam gelap menjelang pertengahan malam tidak akan
terlihat mencolok dan kontras dengan lampu-lampu dalam kota.
13. Rule of Space
Aturan ruang atau Rule of Space berkaitan dengan arah subjek dalam gambar Anda yaitu menghadap atau bergerak ke arah mana. Jika Anda mengambil foto dari mobil yang bergerak misalnya, sebaiknya ada ruang yang tersisa di depan mobil daripada di belakangnya. Ini akan menjelaskan bahwa mobil dalam gambar sedang bergerak maju dan mudah dipahami mobil itu menuju ke arah mana. Mari kita lihat contoh dari foto perahu di bawah ini.
Image Credit © Barry O Carroll |
Dalam foto di atas, perahu berada di sisi kiri frame dan sedang bergerak
ke kanan frame. Perhatikan bagaimana gambar terlihat karena ada lebih
banyak ruang bagi perahu untuk pindah dari kiri ke kanan. Secara tidak
langsung, cara ini akan membuat pemirsa membayangkan perahu berlayar di
sepanjang sungai. Dan pemirsa akan cenderung menebak di mana arah tujuan
perahu berlayar. Jika perahu itu tepat di sisi kanan dari frame, itu
akan berpotensi menggiring pandangan pemirsa keluar dari foto itu.
Image Credit © Barry O Carroll |
Teknik komposisi ini juga dapat digunakan untuk memotret manusia. Pada
contoh kasus dalam foto di atas adalah contoh adegan yang besar
resikonya untuk gagal tapi ditembak dengan cerdas, mengapa? Coba Anda
lihat posisi wajah musisi dalam foto yang duduk di sisi kiri frame.
Kemudian ada subjek menarik lainnya di sisi kanan frame. Artinya di situ
ada dua kelompok subjek yang berkesempatan menjadi subjek utama. Ini
bahaya!! Seandainya musisi dalam foto tersebut "mengalihkan wajahnya"
ke samping kiri melihat kelompok subjek yang ada di samping kanan
frame, maka yang akan menjadi subjek utama adalah kelompok subjek yang
berada di samping kanan tersebut, sedangkan subjek musisi akan terbaikan
dari pandangan pertama pemirsa. Tapi untungnya wajah musisi
menghadap ke depan sehingga sedikit banyak menarik perhatian pemirsa
untuk tidak langsung berpindah ke subjek samping kanan frame.
14. Left to Right Rule
Ada teori yang mengatakan bahwa cara kita yang umumnya "membaca" teks
dari kiri ke kanan juga berlaku sama untuk cara membaca sebuah gambar.
Untuk alasan ini, disarankan bahwa setiap gerak yang digambarkan dalam
sebuah foto harus mengalir dari kiri ke kanan (Left to Right Rule).
Namun bila berpegang pada metode membaca teks, maka bukan berarti jika
ada metode lain yang membaca teks dari kanan ke kiri (bahas Arab
misalnya), maka fotografer tidak perlu menerapkan cara yang sama pada
gambarnya jika seandainya gambar tersebut juga diambil di negara Arab.
Contoh kasus nyata: Fotografer Barry O Carroll pernah dikritik oleh juri lomba karena seorang wanita dalam fotonya berjalan dari kanan ke kiri. Juri mengatakan bahwa itu tidak mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Barry menjelaskan pada juri bahwa foto itu diambil di Tunisia di mana orang-orang di sana membaca teks dari kanan ke kiri. Hasilnya, ia tidak menang. Artinya, aturan komposisi ini tidak mengikuti kebiasaan suatu kelompok / daerah dalam hal cara membaca teks. Mau kiri, kanan, atas, bawah, aturannya tetap sama yaitu "kiri ke kanan".
Contoh kasus nyata: Fotografer Barry O Carroll pernah dikritik oleh juri lomba karena seorang wanita dalam fotonya berjalan dari kanan ke kiri. Juri mengatakan bahwa itu tidak mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Barry menjelaskan pada juri bahwa foto itu diambil di Tunisia di mana orang-orang di sana membaca teks dari kanan ke kiri. Hasilnya, ia tidak menang. Artinya, aturan komposisi ini tidak mengikuti kebiasaan suatu kelompok / daerah dalam hal cara membaca teks. Mau kiri, kanan, atas, bawah, aturannya tetap sama yaitu "kiri ke kanan".
Image Credit © Barry O Carroll |
Foto di atas contoh yang mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Wanita berjalan dengan anjingnya di Taman Tuileries, Paris, begerak dari kiri ke kanan frame. Foto ini juga menggunakan komposisi Rule of Space.
Anda akan melihat bahwa ada lebih banyak ruang di depan wanita
ketimbang di belakangnya. Dia memiliki banyak "ruang" untuk berjalan ke
dalam frame. Foto tersebut juga menggunakan Rule of Thirds dan Frame within a Frame untuk menenangkan adegan dalam foto.
15. Balance Elements (Keseimbangan Elemen) Dalam Adegan
Pedoman komposisi pertama yang kita bahas di artikel sebelumnya adalah aturan pertiga atau Rule of Thirds. Hal ini tentu saja berarti bahwa kita sering menempatkan subjek utama ke sisi frame sepanjang satu dari garis grid vertikal. Kadang-kadang ini dapat menyebabkan kurangnya keseimbangan dalam adegan. Hal ini juga dapat meninggalkan semacam "kekosongan" dalam frame.
Untuk mengatasi hal tersebut, coba Anda masukkan subjek sekunder (subjek kedua selain subjek utama) yang tidak terlalu penting atau ukurannya lebih kecil di sisi yang berlawanan dari subjek utama. Ini teknik keseimbangan yang keluar dari komposisi tanpa harus menarik fokus keluar dari subjek utama. Lihatlah foto di bawah ini, subjek tiang lampu hiasan di Pont Alexandre III, Paris.
Image Credit © Barry O Carroll |
Tiang lampu itu sendiri sebagai subjek utama (POI) mengisi sisi kiri frame, sementara menara Eiffel sebagai subjek sekunder ikut menyeimbangkan adegan karena berada di sisi berlawan dari subjek utama.
Kalian mungkin akan mengatakan bahwa komposisi ini tampaknya bertentangan dengan gagasan ruang negatif yang disebutkan dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya. Hal ini juga bertentangan dengan "Rule of Odds" karena kita sekarang memiliki bahkan lebih dari satu elemen dalam adegan. Perlu Anda ingat bahwa tidak ada aturan yang bisa dipecahkan dalam komposisi fotografi. Beberapa pedoman komposisi biasa saja bertentangan satu sama lain dan itu bukan masalah. Yang harus kita pahami bahwa tidak semua adegan memiliki kesamaan, misalnya adegan A mungkin lebih cocok menggunakan komposisi Ruang Negatif, sedangkan adegan B lebih cocok dengan komposisi Balance Elements. Akan ada situasi dan tempat yang memang sangat mendukung untuk diterapkan teknik komposisi tertentu, baik itu ruang negatif atau pedoman komposisi ini atau komposisi lainnya. Okey, mari kita lanjut.
Kalian mungkin akan mengatakan bahwa komposisi ini tampaknya bertentangan dengan gagasan ruang negatif yang disebutkan dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya. Hal ini juga bertentangan dengan "Rule of Odds" karena kita sekarang memiliki bahkan lebih dari satu elemen dalam adegan. Perlu Anda ingat bahwa tidak ada aturan yang bisa dipecahkan dalam komposisi fotografi. Beberapa pedoman komposisi biasa saja bertentangan satu sama lain dan itu bukan masalah. Yang harus kita pahami bahwa tidak semua adegan memiliki kesamaan, misalnya adegan A mungkin lebih cocok menggunakan komposisi Ruang Negatif, sedangkan adegan B lebih cocok dengan komposisi Balance Elements. Akan ada situasi dan tempat yang memang sangat mendukung untuk diterapkan teknik komposisi tertentu, baik itu ruang negatif atau pedoman komposisi ini atau komposisi lainnya. Okey, mari kita lanjut.
Image Credit © Barry O Carroll |
Foto kedua di atas diambil di Venice. Sekali lagi, sebuah tiang
lampu hias mendominasi satu sisi dari frame. Kemudian menara gereja di
kejauhan sebagai subjek sekunder memberikan keseimbangan di sisi lain
dari frame. Menara gereja di kejauhan faktanya jelas jauh lebih besar
daripada tiang lampu. Tapi karena perspektif jarak sehingga menara
gereja tampak lebih kecil dalam foto. Dengan komposisi ini akan menambah
rasa kedalaman dan skala ke dalam adegan.
16. Juxtaposition
Juxtaposition adalah teknik komposisi yang sangat kuat dalam fotografi. Juxtaposition mengacu pada masuknya dua atau lebih elemen dalam sebuah adegan, yang mana tiap elemen memiliki kesan yang berbeda (kontras) atau malah sebaliknya saling menyanjung satu sama lain. Kedua pendekatan dapat bekerja dengan baik dan memainkan bagian penting dalam memungkinkan foto untuk menyampaikan sebuah cerita.
Image Credit © Barry O Carroll |
Lihatlah contoh foto di atas. Untuk adegan setengah di bawah frame,
terlihat kios-kios berisi buku, poster, dll, yang sedikit kasar terkesan
penuh kekacauan. Sedangkan pada bagian atas frame, terlihat bangunan
katedral "Notre Dame" abad pertengahan yang megah. Elemen gedung
mewakili lambang tatanan, sedangkan kios-kios buku mewakili sebaliknya.
Kedua elemen tersebut berada dalam kontras atau memiliki kesan yang
berbeda satu sama lain, namun keduanya bekerja sama dengan baik. Keduan
elemen menceritakan kota Paris dengan cara yang berbeda.
Image Credit © Barry O Carroll |
Foto di atas juga diambil di Prancis, tapi kali ini di desa kecil yang indah Meyssac, di Barat Selatan. Dalam gambar tersebut, mobil Citroen 2CV
tua terlihat sempurna parkir di depan kafe khas Prancis dan itu yang
menjadi background dalam foto tersebut. Dua elemen memuji satu sama lain
dengan sempurna. Pria yang duduk di cafe dan hanya terlihat punggungnya
saja adalah pemilik mobil. Dia tidak menyadari bahwa tanpa sengaja ia
telah mengatur adegan yang kental dengan Prancis dengan parkir di depan
cafe yang sangat khas dengan Prancis.
17. Golden Triangels (Segitiga Emas)
Komposisi "Golden Triangels" bekerja dalam cara yang sangat mirip dengan aturan pertiga atau Rule of Thirds.
Alih-alih grid persegi panjang, tapi pada pedoman komposisi ini, frame
dibagi dengan garis diagonal yang berjalan dari salah satu sudut menuju
sudut lainnya. Kemudian ditambahkan dua garis dari dua sudut lainnya.
Contohnya bisa Anda lihat pada gambar di bawah. Ini membagi frame
menjadi serangkaian segitiga. Seperti yang Anda lihat, cara ini membantu
fotografer untuk menyusun elemen dan juga menunjukan "ketegangan
dinamis" yang kita pelajari di pedoman nomor 6 sebelumnya. Seperti Rule
of Thirds, kita menggunakan garis (diagonal dalam kasus ini) untuk
membantu memposisikan berbagai subjek dalam frame.
Image Credit © Barry O Carroll |
Foto di atas mengandung diagonal yang kuat mengikuti garis dari
"segitiga emas". Jalan cahaya dari lalu lintas secara sempurna mengikuti
garis diagonal yang berjalan dari sudut kanan atas ke pojok kiri bawah.
Puncak-puncak bangunan di sebelah kiri frame dekat dengan diagonal
kecil di sebelah kiri. Begitupula dengan diagonal kecil pada sebelah
kanan frame dekat dengan sudut atas bangunan.
Image Credit © Barry O Carroll |
Sedangkan contoh foto di atas memanfaatkan "Rule of Thirds" dengan cara
yang lebih halus. Kepala patung membuat "segitiga tersirat", kemudian
garis dari patung membawa kita ke menara Eiffel di kejauhan.
Garis yang lebih kecil di sebelah kiri bertemu tepat di titik tengah
dari menara Eiffel. Sementara garis yang lebih kecil di sebelah kanan
berjalan tepat antara dua patung. Aturan Golden Triangels dapat tampak
seperti cara kompleks mengatur foto tetapi dapat mengakibatkan beberapa
komposisi benar-benar mencolok.
18. Golden Ratio (Rasio Emas)
Apa itu Golden Ratio? Jika kita menggali rumus matematikanya ini sangat kompleks. Rasanya sulit menjelaskan pada Anda. Keterkaitannya dengan fotografi sulit untuk dipahami, bagaimana cara mereka yang pro menerapkan komposisi ini. Tapi saya akan mencoba menjelaskan pada Anda.
Dalam hal ini, saya memilih mengikuti pendapat Barry O Carroll yang juga sama dengan persepsi fotografer Cartier Bresson. Berdasarkan rumus Golden Ratio itu sendiri, sederhananya bahwa komposisi ini bertujuan untuk mengatur kumpulan subjek yang sama kuatnya, lalu menentukan mana yang harus diprioritaskan dan secara berjenjang mengalir sampai ke subjek terakhir. Jika mengacu pada angka-angka Fibonacci, maka subjek yang diprioritaskan bisa jadi dipilih karena kuantitas, ukuran subjek, atau pertimbangan lainnya. Jika itu mengenai ukuran, maka yang menjadi subjek utama bisa jadi memiliki ukuran lebih besar dan yang lain lebih kecil atau malah sebaliknya. Kemudian komposisi Golden Ratio akan menghubungkan semua itu, agar lebih tertata dan memandu mata pemirsa untuk melihat adegan secara teratur dari subjek prioritas sampai ke subjek terakhir. Di bawah ini adalah matematika Golden Ratio:
Itu dasar Golden Ratio yang tidak hanya menyangkut fotografi saja (silahkan baca di wikipedia).
Saya tidak akan mengajak Anda masuk ke rincian rumit itu. Benar, ini
seperti versi yang sedikit lebih rumit dari aturan pertiga. Alih-alih
kotak biasa, pada komposisi ini frame dibagi menjadi serangkaian kotak
seperti pada foto di bawah. Hal ini dikenal sebagai "Phi Grid".
Kotak-kotak itu secara berjenjang memiliki ukuran dari yang besar sampai
kotak paling kecil. Kemudian Anda bisa menggunakan kotak itu untuk
menggambar spiral yang terlihat seperti cangkang siput. Ini disebut sebagai "Fibonacci Spiral", dan besarnya kotak yang bertahap mengecil merupakan perwakilan dari angka-angka dari Fibonacci.
Kotak-kotak itu akan membantu mengatur posisi subjek dalam adegan, mulai dari yang prioritas sampai yang terakhir. Sedangkan spiral memberikan kita gambaran tentang bagaimana adegan harus mengalir dari yang prioritas sampai ke subjek lainnya. Bingung ya? Coba bacanya pelan-pelan saja.
Kotak-kotak itu akan membantu mengatur posisi subjek dalam adegan, mulai dari yang prioritas sampai yang terakhir. Sedangkan spiral memberikan kita gambaran tentang bagaimana adegan harus mengalir dari yang prioritas sampai ke subjek lainnya. Bingung ya? Coba bacanya pelan-pelan saja.
Image Credit © Barry O Carroll |
Pada contoh foto di atas, ada dua subjek yang sama kuat yaitu tangga dan
subjek manusia. Subjek tangga memenuhi sebagian besar area kiri frame,
sehingga bisa disimpulkan bahwa tangga diprioritaskan karena ukurannya
yang lebih besar maka terlihat lebih menonjol. Kemudian pengaturan
dengan Fibonacci Spiral akan memandu mata pemirsa untuk melihat mulai
dari tangga menuju dua wanita yang duduk di area kanan frame. Mungkin
ini adegan yang tak disengaja, tetapi tampaknya bekerja dengan baik
untuk komposisi Golden Ratio.
Image Credit © Barry O Carroll |
Untuk foto di atas adalah contoh yang lebih kompleks. Golden Ratio dapat
diatur dari arah yang berbeda. Dalam foto di atas, spiral memandu mata
pemirsa mulai dari jembatan bawah (dari yang paling besar) menuju ke
kastil di bagian atas frame (sampai subjek yang paling kecil). Adegan
tak disengaja lainnya, tapi bekerja dengan baik!
Jelas, akan mustahil memiliki semua pedoman komposisi dalam pikiran Anda ketia Anda sedang melakukan pemotretan. Tapi cobalah rutin latihan dengan menggunakan satu atau dua teknik komposisi setiap kali Anda keluar memotret. Setelah rutin latihan, Anda akan terbiasa dengan pedoman komposisi ini. Anda akan mulai menggunakannya secara alami tanpa harus berpikir seperti baru mengenal teknik komposisi. Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh foto komposisi Golden Ratio, fotografernya bahkan menerapkan itu tanpa sengaja.
Kesimpulan
Jelas, akan mustahil memiliki semua pedoman komposisi dalam pikiran Anda ketia Anda sedang melakukan pemotretan. Tapi cobalah rutin latihan dengan menggunakan satu atau dua teknik komposisi setiap kali Anda keluar memotret. Setelah rutin latihan, Anda akan terbiasa dengan pedoman komposisi ini. Anda akan mulai menggunakannya secara alami tanpa harus berpikir seperti baru mengenal teknik komposisi. Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh foto komposisi Golden Ratio, fotografernya bahkan menerapkan itu tanpa sengaja.
Fotografi
seperti yang kita kenal sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang pertama dalam
bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang kimia
menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya satu
sama lain dan sebelum masing – masing sampai kepada kesempurnaannya seperti
yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi,
telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.Untuk mendalami
bidang fotografi, siapa pun harus punya pengetahuan dasar yang baik tentang
cahaya (light). Hal ini penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan
eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera. Setelah memahami tentang
cahaya, tahap selanjutnya adalah mengerti tentang pencahayaan (lighting)
sehingga mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam berbagai kondisi
pemotretan.
REFERENSI
0 komentar:
Posting Komentar